Kota Malang, Terletak pada ketinggian antara 429 - 667 meter diatas permukaan air laut. 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan. Berada 90 km sebelah selata kota Surabaya.
Sebagaimana kebanyakan kota-kota di Jawa, Kota Malang banyak menyimpan bangunan-bangunan bersejarah.
Dikelilingi oleh pegunungan yang menjadi pemandangan tersendiri bagi masyarakat ataupun bagi para wisatawan, di sebelah timur terdapat Gunung Semeru dengan cirri khas kepulan asapnya yang menjadi pemisah antara wilayah Kabupaten Malang dengan Kabupaten Probolinggo dan sebagian Kabupaten Lumajang. Dan disebelah barat terdapat Gunung Arjuna yang gagah seakan sedang menunggui seorang putri yang sedang tertidur pulas di sebelah barat daya Kota Malang: Gunung Putri Tidur, yang merupakan gugusan bukit. Mungkin sang Arjuna sedang bermeditasi menunggui Srikandi yang tertidur, inilah lukisan yang ditampilkan oleh alam kepada masyarakat Malang.
Gunung Putri Tidur, pada bagian kepalanya merupakan Gunung Kawi yang sering dikunjungi oleh wisatawan ataupun orang yang sengaja ingin mencari ‘pesugihan’, dan pada bagian kaki adalah ‘Gunung Panderman’~begitu orang sering bilang, pada dasarnya Panderman adalah bukit yang terletak di Kota Batu, dari sejarahnya bukit ini ditemukan oleh orang berkebangsaan Belanda, Van Dermaan, dan merupakan tempat berkemah. Konon kera yang terdapat di hutan Panderman adalah kera yang dikirim oleh kerajaan Singosari untuk menghambat gempuran kerajaan Kediri.
Didalam Kota Malang sendiri banyak terdapat bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda ataupun bangunan yang telah ada sejak jaman Kolonial, seperti Masjid agung Jami’ yang terletak dipusat kota, didepan masjid adalah alun-alun~sebagaimana ciri khas kota-kota di Jawa, alun-alun merupakan pusat simpul jalan, yang membedakan dengan kota lain di Jawa adalah dimana Kota Malang memiliki dua alun-alun.
Nama Kota Malang sendiri sampai saat ini masih belum menemukan kesepakatan tentang asal-usulnya, tapi dari beberapa hipotesa nama ‘Malang’ diambil dari semboyan ‘malangkucecwara’ yang berarti ‘Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar’. Semboyan ‘malangkucecwara’ sendiri diyakini merupakan nama dari sebuah bangunan suci yang sampai saat ini belum diketahui letaknya. Disamping itu semua, Kota Malang pernah dijuluki Paris van East Java, karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih bagaikan ‘Paris’nya Jawa Timur.
Candi-candi peninggalan kerajaan Singosari dan situs lain seperti Pertitaan Ken Dedes berada di wilayah Kabupaten Malang, masing-masing tersebar di Singosari dan Tumpang.
Dalam perang mempertahankan kemerdekaan, Kota Malang merupakan basis gerilya yang merupakan titik strategis, baik bagi para pejuang Indonesia maupun bagi aggressor Belanda, yang menarik dari perang ini adalah bahasa sandi yang sampai sekarang menjadi ciri unik ‘arek-arek Malang’ yaitu bahasa ‘walikan’ atau bahasa sandi yang cara pengucapanya dibalik. Laskar-laskar rakyat seperti Hizbullah dan Sabilillah pun memiliki pusat di Kota Malang meskipun pada pembentukkannya berada di Surabaya.
Inilah Kota Malang dengan beragam catatan sejarahnya, sebagaimana yang ditulis oleh seorang penyair:
Angin mengalir
sertakan rindu
yang dulu ku titipkan
mengapung bersama bayangmu
di luar hujan turun dengan malas
aku berteduh pada atap angan
dimana seharusnya mampu ku genggam
hangat cintamu
Malang,
meski berganti nama
rindu ku takkan hilang arah (Yoehan Rianto Prasetyo)
Oleh: Septiyan Anshori
Sebagaimana kebanyakan kota-kota di Jawa, Kota Malang banyak menyimpan bangunan-bangunan bersejarah.
Dikelilingi oleh pegunungan yang menjadi pemandangan tersendiri bagi masyarakat ataupun bagi para wisatawan, di sebelah timur terdapat Gunung Semeru dengan cirri khas kepulan asapnya yang menjadi pemisah antara wilayah Kabupaten Malang dengan Kabupaten Probolinggo dan sebagian Kabupaten Lumajang. Dan disebelah barat terdapat Gunung Arjuna yang gagah seakan sedang menunggui seorang putri yang sedang tertidur pulas di sebelah barat daya Kota Malang: Gunung Putri Tidur, yang merupakan gugusan bukit. Mungkin sang Arjuna sedang bermeditasi menunggui Srikandi yang tertidur, inilah lukisan yang ditampilkan oleh alam kepada masyarakat Malang.
Gunung Putri Tidur, pada bagian kepalanya merupakan Gunung Kawi yang sering dikunjungi oleh wisatawan ataupun orang yang sengaja ingin mencari ‘pesugihan’, dan pada bagian kaki adalah ‘Gunung Panderman’~begitu orang sering bilang, pada dasarnya Panderman adalah bukit yang terletak di Kota Batu, dari sejarahnya bukit ini ditemukan oleh orang berkebangsaan Belanda, Van Dermaan, dan merupakan tempat berkemah. Konon kera yang terdapat di hutan Panderman adalah kera yang dikirim oleh kerajaan Singosari untuk menghambat gempuran kerajaan Kediri.
Didalam Kota Malang sendiri banyak terdapat bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda ataupun bangunan yang telah ada sejak jaman Kolonial, seperti Masjid agung Jami’ yang terletak dipusat kota, didepan masjid adalah alun-alun~sebagaimana ciri khas kota-kota di Jawa, alun-alun merupakan pusat simpul jalan, yang membedakan dengan kota lain di Jawa adalah dimana Kota Malang memiliki dua alun-alun.
Nama Kota Malang sendiri sampai saat ini masih belum menemukan kesepakatan tentang asal-usulnya, tapi dari beberapa hipotesa nama ‘Malang’ diambil dari semboyan ‘malangkucecwara’ yang berarti ‘Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar’. Semboyan ‘malangkucecwara’ sendiri diyakini merupakan nama dari sebuah bangunan suci yang sampai saat ini belum diketahui letaknya. Disamping itu semua, Kota Malang pernah dijuluki Paris van East Java, karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih bagaikan ‘Paris’nya Jawa Timur.
Candi-candi peninggalan kerajaan Singosari dan situs lain seperti Pertitaan Ken Dedes berada di wilayah Kabupaten Malang, masing-masing tersebar di Singosari dan Tumpang.
Dalam perang mempertahankan kemerdekaan, Kota Malang merupakan basis gerilya yang merupakan titik strategis, baik bagi para pejuang Indonesia maupun bagi aggressor Belanda, yang menarik dari perang ini adalah bahasa sandi yang sampai sekarang menjadi ciri unik ‘arek-arek Malang’ yaitu bahasa ‘walikan’ atau bahasa sandi yang cara pengucapanya dibalik. Laskar-laskar rakyat seperti Hizbullah dan Sabilillah pun memiliki pusat di Kota Malang meskipun pada pembentukkannya berada di Surabaya.
Inilah Kota Malang dengan beragam catatan sejarahnya, sebagaimana yang ditulis oleh seorang penyair:
Angin mengalir
sertakan rindu
yang dulu ku titipkan
mengapung bersama bayangmu
di luar hujan turun dengan malas
aku berteduh pada atap angan
dimana seharusnya mampu ku genggam
hangat cintamu
Malang,
meski berganti nama
rindu ku takkan hilang arah (Yoehan Rianto Prasetyo)
Oleh: Septiyan Anshori